PERNIAGAAN KATERING & RESTOREN

Archive for Ogos 2012


Salam,

Pertama sekali mamak haji mohon maaf kerana tak kemas kinikan blog sepanjang bulan puasa tahun ini. Bila usia semakin senja, mamak haji terpaksa menumpukan mengumpul modal untuk ke alam yang akan menjadi tempat penginapan tetap. Bila inginkan berjaya dalam perniagaan kita perlu ketahui tiga perkara. Perkara Pertama kita perlu ada kekuatan diri kendiri. Kekuatan diri ini terbina oleh kuasa dalaman dan juga melalui orang lain yang dekat dengan kita yang bangkitkan semangat dalaman kita. Inilah mamak haji sering lakukan dalam penulisan dalam blog ini atau pun melalui e-mail peribadi kepada pembaca sekelian. Alhamdullillah setakat ini ramai juga yang dapat suntikan semangat ini telah membuka perniagaan sendiri. Anda juga perlu adakan orang sekeliling anda yang sentiasa suntik semangat untuk membina kekuatan ini. Sekiranya ada yang suka melemahkan semangat anda, jauhkan diri anda dari golongan jenis ini.

Perkara kedua untuk berjaya dalam dunia perniagaan, ialah anda perlu ketahui keupayaan diri anda sendiri. Keupayaan ini bukanlah satu perkara yang tetap ia boleh berubah mengikut pembelajaran, pengalaman dan juga peringkat umur atau pengalaman. Sudah pasti keupayaan kita sepuluh tahun lalu dan kini telah berubah. Keupayaan fikir juga akan berubah bila kita semakin tua.

Perkara ketiga yang mamak haji ingin beritahu khas untuk orang Islam ialah memahami segala usaha yang kita taburkan demi kejayaan merupakan kekuasaan Allah, “QADAR”.  Qadar atau takdir termasuk qudrat dan kekuasan-Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahsia Allah  yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia, tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lain – Imam Ahmad r.a.

Mamak Haji ingin terangkan sedikit tentang qadar yang sering salah ertikan sebahagian orang Islam kita dalam lapangan perniagaan.  Apa yang mendorong mamak haji menulis tentang perkara qadar ini adalah untuk diri mamak haji dan juga  sahabat-sahabat mamak haji yang sudah putus harapan dalam perniagaan dewasa ini. Semoga sedikit penerangan yang mamak haji ambil petikan dari kitab QADHA DAN QADAR karya MUHAMMAD BIN SHALEH AL-‘UTSAIMIN  memberi sedikit pengertian mengenainya. Dalam perkara tafsirkan atau kefahaman mengenai qadar atau takdir ini umat Islam pecah kepada tiga kumpulan.

Kumpulan Pertama: Mereka yang fanatik dalam menetapkan qadar dan menolak adanya kehendak dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahawa manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dia hanya dikemudikan dan tidak mempunyai pilihan, laksana bulu yang ditiup angin. Mereka ini tidak membezakan antara perbuatan manusia yang terjadi atas kehendaknya dan perbuatan yang terjadi diluar kehendaknya, Sudah pasti mereka ini keliru dan sesat, kerana sudah jelas menurut agama, akal dan fitrah manusia boleh membezakan antara perbuatan yang di ingini dan perbuatan yang terpaksa.

Kumpulan Kedua: Mereka ini terlalu fanatik dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk sehingga mereka menolak bahwa apa yang dilakukan manusia adalah karena kehendak dan keinginan Allah SWT serta diciptakan oleh-Nya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya. Bahkan ada diantara mereka yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh manusia kecuali setelah ia terjadi. Maka mereka ini juga sangat fanatik dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk. Fahaman seperti ini sering dikaitkan fahaman sekular dan menjauhi tauhid.

Kumpulan Ketiga: Mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk oleh Allah SWT untuk menemukan kebenaran yang telah diperselisihkan. Mereka ini adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah dengan berl di atas dalil syar’i dan dalil aqli. Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang dijadikan Allah SWT di alam semesta ini terbahagi atas dua jenis:

1- Perbuatan yang dilakukan oleh Allah SWT terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan,
tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sihat dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah SWT. Dalam perkara  seperti ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak siapa pun kecuali Kekuasaan Allah SWT yang maha Esa dan maha berkuasa

2- Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemahuan pelakunya sendiri; karena Allah SWT menjadikannya untuk mereka.

Sebagaimana firman Allah SWT: MaksudNya: “Iaitu bagi sesiapa dari kamu yang mahu tetap teguh di atas jalan (Islam) yang betul.” (At-Takwir:28).

Manusia boleh membezakan antara perbuatan yang terjadi karena kehendaknya sendiri dan yang terjadi karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan sedar turun dari atap rumah melalui tangga, ia tahu kalau perbuatannya atas dasar pilihan dan kehendaknya sendiri. Lain halnya kalau ia terjatuh dari atap rumah, ia tahu bahwa hal tersebut bukan karena kehendaknya. Dia dapat membezakan antara kedua perbuatan ini, yang pertama atas dasar kehendaknya dan yang kedua diluar kehendaknya. Dan siapapun mengetahui perbezaan ini. Begitu juga orang yang menderita sakit pundi kencing ,dia tahu kalau air kencingnya keluar tanpa kemahuannya. Tetapi apabila ia sudah sembuh, ia sedar bahwa air kencingnya keluar atas kehendaknya. Dia mengetahui perbezaan diantara kedua hal ini dan tak ada seorangpun yang dapat menolak adanya perbezaan tersebut. Demikian segala hal yang terjadi pada diri manusia, dia mengetahui, perbezaan diantara mana yang terjadi dengan kemahuannya dan mana yang tidak. Akan tetapi, karena kasih sayang Allah SWT, ada diantara perbuatan manusia yang terjadi atas kemahuannya namun tidak dinyatakan sebagai perbuatannya. Seperti perbuatan orang yang terlupa, dan orang yang sedang tidur. Firman Allah  dalam kisah Ashabul kahfi:

Dan engkau sangka mereka sedar, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri;”.. (Al- Kahf: 18).

Padahal mereka sendiri yang sebenarnya berbalik ke kanan dan berbalik ke kiri, tetapi Allah SWT menyatakan bahawa Dialah yang membalik–balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sebab orang yang sedang tidur tidak mempunyai keinginan dan pilihan serta tidak mendapatkan hukuman atas perbuatannya. Maka perbuatan tersebut di nisbatkan kepada Allah SWT. Dan sabda Nabi Muhammad saw: “Barang siapa yang lupa ketika dalam keadaan berpuasa, lalu makan atau minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena Allah SWT yang memberinya makan dan minum.” Dinyatakan dalam hadits ini, bahawa yang memberi makan dan minum adalah Allah SWT, karena perbuatan orang tersebut terjadi tanpa sedar, maka seakan–akan terjadi tanpa kemahuannya.

Sebagaimana kita semua tahu bahwa manusia telah ditentukan untuknya rezeki yang diperuntuk bagiannya. Namun demikian dia tetap berusaha untuk mencari rezeki ke sana dan kemari. Tidak hanya duduk di rumah saja dengan berkata: “kalau sudah ditakdirkan untukku rezekiku tentu ia akan datang dengan sendirinya”. Bahkan dia akan berusaha untuk mencari rezeki tersebut. Padahal rezeki ini disebutkan bersamaan dengan amal perbuatan, sebagaimana di sebutkan dalam hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud r.a: “Sesungguhnya kalian ini dihimpunkan kejadiannya dalam perut ibu selama empat puluh hari berupa air mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari pula, kemudian berubah menjadi segumpal daging selama empat puluh hari pula, lalu Allah mengutus seorang malaikat yang diberi tugas untuk mencatat empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalan dan apakah ia termasuk orang celaka atau bahagia”. Jadi rezeki inipun telah tercatat seperti halnya amal perbuatan, baik ataupun buruk, juga telah tercatat. ” Kalau begitu, mengapa anda pergi ke sana dan kemari untuk mencari rezeki dunia tetapi tidak berbuat kebaikan untuk mencari rezeki akhirat dan mendapatkan Qadha dan Qadar kebahagiaan surga? padahal kedua-duanya adalah sama, tidak ada perbedaannya.

Jika anda mahu berusaha untuk mencari rezki dan untuk mempertahankan untuk kehidupan seharian anda, bila anda jatuh sakit, anda perlu mencari doktor  untuk mengubati penyakit anda, padahal anda tahu kalau ajal telah ditentukan, tidak akan dapat bertambah dan tidak berkurang. Anda tidak akan bersikap pasrah sambil berkata: “sudahlah aku tetap tinggal di rumah saja meski pun perlu menderita sakit, karena kalau aku di takdirkan panjang umur aku akan tetap hidup”. Bahkan anda berusaha sekuat tenaga untuk mencari doktor yang pakar untuk menyembuhkan penyakit anda, yang dapat menyembuhkan penyakit anda dengan takdir Allah. Jika demikian, mengapa usaha anda di jalan akhirat dan dalam amal saleh tidak seperti usaha anda untuk kepentingan duniawi?
Sebagaimana telah  kemukakan bahwa masalah qadar adalah rahasia Allah SWT yang tersembunyi, tak mungkin anda dapat mengetahuinya. Sekarang anda di antara dua jalan: jalan yang membawa anda kepada keselamatan, kebahagiaan, kedamaian dan kemuliaan; dan jalan yang dapat membawa anda kepada kehancuran, penyesalan, dan kehinaan. Sekarang anda sedang berdiri di antara di hujung kedua jalan tersebut dan bebas untuk memilih, tak ada seorangpun yang akan merintangi anda untuk melalui jalan yang kanan atau jalan yang kiri. Anda dapat pergi kemanapun sesuka hati anda. Lalu mengapa anda memilih jalan kiri (sesat) kemudian berdalih bahwa “itu sudah takdirku”? bukankah lebih patut jika anda Qadha dan Qadar memilih jalan kanan dan mengatakan bahwa “itu takdirku” ?

Untuk lebih jelasnya, apabila anda mahu menuju ke suatu tempat dan dihadapan anda ada dua jalan. Yang satu mulus, lebih pendek dan lebih aman; sedang yang kedua rusak, lebih panjang dan mengerikan. Tentu saja anda akan memilih jalan yang mulus, yang lebih pendek dan lebih aman, tidak memilih jalan yang tidak mulus, tidak pendek dan tidak aman. Ini berkenaan dengan jalan yang visual, begitu juga dengan yang non
visual, sama saja dan tidak ada bezanya. Namun kadangkala hawa nafsulah yang berperanan dan menguasai akal. Padahal, sebagai seorang mu’min semoleknya akalnyalah yang harus lebih berperanan dan menguasai hawa nafsunya. Jika orang menggunakan akalnya, maka akal itu menurut pengertian yang sebenarnya akan melindungi pemiliknya dari yang membahayakan dan membawanya kepada yang bermanfaat dan membahagiakan. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa manusia mempunyai kehendak dan pilihan dalam perbuatan yang dilakukannya secara sadar, bukan terpaksa. Kalau manusia berbuat dengan kehendak dan pilihannya untuk kepentingan dunia, maka iapun seharusnya begitu pula dalam usahanya menuju akhirat. Bahkan jalan menuju akhirat lebih jelas. Karena Allah Ytelah menjelaskannya dalam Al-Qur’an dan melalui sabda Rasul-Nya r, maka jalan menuju akhirat tentu saja lebih jelas dan lebih terang daripada jalan untuk kepentingan dunia. Maka pengertian rezeki dunia dan akhirat sama penting untuk kehidupan kita. Wassalam.

Label:

Blog ini adalah catatan pengalaman dalam bidang Restoren, Katering dan Kantin Perusahaan. Tujuan blog ini adalah membantu para usahawan Melayu yang sedang atau pun berminat dalam perniagaan ini.

Kategori

Top Rated

Archives

Blog Stats

  • 8,887,030 hits
Ogos 2012
I S R K J S A
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031